ABSTRAK
Buku SEJARAH WAKATOBI
Oleh : Ali Hadara
Penerbit : Sekarlangit Kendari
Jumlah Halaman : 305 HALAMAN ( Cetak Warna )
Harga Buku : IDR Rp .175.000 ( Harga Untuk Umum )
Rp. 150.000 ( Harga Untuk Mahasiswa )
Penerbit : Sekarlangit Kendari
Jumlah Halaman : 305 HALAMAN ( Cetak Warna )
Harga Buku : IDR Rp .175.000 ( Harga Untuk Umum )
Rp. 150.000 ( Harga Untuk Mahasiswa )
Sebelum terintegrasi ke Buton, Kepulauan Wakatobi terbagi-bagi dalam otonomi kedatuan, dipimpin oleh sesorang bergelar warang, kasemba, sangaji atau pati, didampingi oleh seorang panglima perang bergelar parojogi atau kasega. Pembentukannya mendapat pengaruh dari Kerajaan Sulu dan kerajaan-kerajaan di Maluku. Ketika terintegrasi ke Buton dengan status Barata Kaedupa, mempunyai fungsi utama sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam masalah keamanan Buton di sektor timur. Tanggungjawab militeristik itu mencakup bentangan wilayah perairan mulai dari Maromahu hingga Watuata dan Wawonii. Tugas ini dilakukan secara kolektif bersama penguasa Matana Sorumba Watumotobe, Mojina Kalau, dan Mojina Silea.
Wilayah
Barata Kaedupa dibagi ke dalam 18 kadie dan limbo, mencakup delapan bergelar meantuu dan sepuluh
bergelar bonto. Pada tahun 1838, terbentuk Kadie Liya, Wanci, dan Kapota yang secara struktural langsung
bertanggunjawab kepada Syara
Kesultanan Buton. Pembentukan tiga kadie
ini tertuang dalam Syarana Barata
hasil pembaharuan tahun 1838. Sejak saat itu keterkaitan tiga kadie tersebut dengan Barata Kaedupa terbatas pada tugas
koordinasi pertahanan dan keamanan Buton di sektor timur. Kedekatan Barata Kaedupa
dengan Buton digambarkan dalam ungkapan Kaedupa tenirabu, teandi-andi nu
Wolio.
Hal
penting yang pernah dirasakan sebagai dampak negatif kehadiran Belanda adalah
penerapan hak ekstirpasi berdasarkan
dua kali perjanjian Speelman-Simbata pada tahun 1667. Penerapan hak ekstirpasi VOC telah berdampak negatif
terhadap ekonomi rakyat. Hal inilah yang memicu
timbulnya gerakan perlawanan rakyat Binongko yang dipimpin oleh Kapita Waloindi.
Peran
pentingnya dalam sektor ekonomi adalah bidang pelayaran niaga. Peran pentingnya
dalam sektor pelayaran niaga itu telah memperkuat posisi Buton setara dengan
Bugis dan Makassar sebagai tiga kekuatan yang paling dinamis dan ekspansif di
Kawasan Timur Nusantara, serta mensejajarkan Buton dengan Bajo, Bugis,
Makassar, Mandar, dan Madura sebagai the six
maritime ethnic groups in Indonesia.
Setelah
melalui proses sejarah yang cukup panjang, cita-cita untuk memekarkan diri pun
tercapai pada tanggal 18 Desember 2003.
Selama kurang lebih 10 tahun membangun telah berhasil menyandang banyak penghargaan. Prestasi tertinggi yang
dicapai adalah pengakuan dunia internasional sebagai Cagar Biosphere Bumi dari Unesco-Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada tahun 2012.
Izin copy yaa
BalasHapusDimana bisa dapat buku ini? sy sangat butuh. terima kasih.
BalasHapusuntuk bukunya silahkan hubungi admin 081242503202
BalasHapus