BUKU SEJARAH WAKATOBI - LINGKAR STUDI SEJARAH
News Update
Loading...

Selasa, 17 Oktober 2017

BUKU SEJARAH WAKATOBI


ABSTRAK

Buku SEJARAH WAKATOBI
Oleh : Ali Hadara 

Penerbit : Sekarlangit Kendari
Jumlah Halaman : 305  HALAMAN  ( Cetak Warna )
Harga Buku : IDR  Rp .175.000 ( Harga Untuk Umum  )
 Rp.  150.000  (  Harga Untuk Mahasiswa )



Sebelum terintegrasi ke Buton, Kepulauan Wakatobi terbagi-bagi dalam otonomi kedatuan, dipimpin oleh sesorang bergelar warang, kasemba, sangaji atau pati, didampingi oleh seorang panglima perang bergelar parojogi atau kasega. Pembentukannya mendapat pengaruh dari Kerajaan Sulu dan kerajaan-kerajaan di Maluku. Ketika terintegrasi ke Buton dengan status Barata Kaedupa, mempunyai fungsi utama sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam masalah keamanan Buton di sektor timur. Tanggungjawab militeristik itu mencakup bentangan wilayah perairan mulai dari Maromahu hingga Watuata dan Wawonii. Tugas ini dilakukan secara kolektif bersama penguasa Matana Sorumba Watumotobe, Mojina Kalau, dan Mojina Silea.

Wilayah Barata Kaedupa dibagi ke dalam 18 kadie dan limbo, mencakup delapan bergelar meantuu dan sepuluh bergelar bonto. Pada tahun 1838, terbentuk Kadie Liya, Wanci, dan Kapota yang secara struktural langsung bertanggunjawab kepada Syara Kesultanan Buton. Pembentukan tiga kadie ini tertuang dalam Syarana Barata hasil pembaharuan tahun 1838. Sejak saat itu keterkaitan tiga kadie tersebut dengan Barata Kaedupa terbatas pada tugas koordinasi pertahanan dan keamanan Buton di sektor timur. Kedekatan Barata Kaedupa dengan Buton digambarkan dalam ungkapan Kaedupa tenirabu, teandi-andi nu Wolio.

Hal penting yang pernah dirasakan sebagai dampak negatif kehadiran Belanda adalah penerapan hak ekstirpasi berdasarkan dua kali perjanjian Speelman-Simbata pada tahun 1667. Penerapan hak ekstirpasi VOC telah berdampak negatif terhadap ekonomi rakyat. Hal inilah yang memicu timbulnya gerakan perlawanan rakyat Binongko yang dipimpin oleh Kapita Waloindi.

Peran pentingnya dalam sektor ekonomi adalah bidang pelayaran niaga. Peran pentingnya dalam sektor pelayaran niaga itu telah memperkuat posisi Buton setara dengan Bugis dan Makassar sebagai tiga kekuatan yang paling dinamis dan ekspansif di Kawasan Timur Nusantara, serta mensejajarkan Buton dengan Bajo, Bugis, Makassar, Mandar, dan Madura sebagai the six maritime ethnic groups in Indonesia.

Setelah melalui proses sejarah yang cukup panjang, cita-cita untuk memekarkan diri pun tercapai  pada tanggal 18 Desember 2003. Selama kurang lebih 10 tahun membangun telah berhasil menyandang  banyak penghargaan. Prestasi tertinggi yang dicapai adalah pengakuan dunia internasional sebagai Cagar Biosphere Bumi dari Unesco-Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2012.


Share with your friends

3 komentar

Silanhkan di Komentar

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done